Selama 7 hari terhitung tanggal 1-7 September 2014 telah dilaksanakan Pelatihan Orientasi dan Perencanaan Usaha PPMK di Provinsi Riau. Jika dilihat dari analisis capaian ada beberapa hal yang menjadi pekerjaan terbesar yaitu disiplin, kemauan, kerja keras dan kreatif. Hal ini senada dengan sambutan pembukaan Kepala Satker PBL Provinsi Riau (H. Budi Hartono, ST), “jika Riau ingin maju, kuncinya adalah punya kemauan dan disiplin yang kuat bagi seluruh tim pendamping terhadap profesi dan PNPM Mandiri Perkotaan”.
Dengan tema pelatihan “menguatkan pendampingan dalam meningkatkan usaha produktif masyarakat”, semua peserta selama 7 hari selalu dihadapkan dan diingatkan seberapa besar capaian saat ini terhadap peningkatan penghidupan warga miskin PS-2?. Upaya ini hanya ingin mengingatkan keberadaan kita sebagai pendamping dengan warga miskin.
Upaya meningkatkan performance disiplin, setahun belakangan telah diberlakukan bagi peserta yang terlembat dikenakan sanksi Rp.5.000 dengan kelipatannya. Awalnya kami coba pada pelatihan dasar dan akhirnya kami putuskan untuk diberlakukan pada pelatihan-pelatihan lainnya. Memang ini riskan dan memaksa, tapi kami yakin disiplin memerlukan komitmen dan perjuangan. Tujuan kami hanya ingin seluruh pendamping menyadari hasil program saat ini salah satunya dampak dari ketidak disiplinan kita sendiri. Pada PPMK yang bermain pada aspek ekonomi produktif dan kreatif, memerlukan jiwa tidak hanya sekedar menjadi fasilitator pembaharu saja. Berpikir lebih dari itu, apalagi PPMK yang berada di phase penguatan diperlukan tingkatan pendampingan yang lebih tinggi pula.
Selama 7 hari itu kami semua didik berdisiplin waktu dengan sanksi Rp.5.000, sampai penutupan sudah terkumpul Rp.395.000 (Kelas A : Rp.235.000 dan Kelas B : Rp.160.000). Sampai akhirpun peserta tidak mengetahui untuk apa uang tersebut, pada penutupan itulah baru diketahui bahwa uang yang sudah terkumpul disumbangkan bagi warga miskin. Pemilihan siapa yang mendapatkan bantuan, baru ditentukan pada malam hari sebelum penutupan. Kami baru teringat 2 sosok yang pernah dikunjungi :
- Warga RW.06 di Kelurahan Wonorejo - Kota Pekanbaru, ketika monitoring pemanfaatan BLM P4-IP dan sempat kami berbincang : kami bertanya “ibu tahu PNPM Mandiri Perkotaan?”, lalu jawab si ibu “saya pernah mendengar?”. Kami bertanya lagi “ibu sudah pernah mendapat bantuan dari PNPM Mandiri Perkotaan?”, si ibu menjawab “saya belum pernah mendapatkannya?”
- Warga Kelurahan Sidomulyo Timur - Kota Pekanbaru, ketikan OJT PS bagi Tim 6. Kami sempat berbincang : “bapak walau sudah sepuh masih tetap enerjik yah”, si bapak pun menjawab “iya…dulu saya datang ke Riau sebagai tentara, dulu pekanbaru masih hutan belantara”, lalu si bapak bercerita lagi “dengan saya yang punya, saya ingin bangsa ini merdeka”. Sambil mendengarkan cerita, kami melihat sekieliling rumah dan kehidupannya dan ternyata tidak sebanding dengan apa yang telah diperbuat untuk bangsanya. Kehidupannya jauh berbanding terbalik atas perjuangan yang telah dibuatnya.
Semua peserta mulai tersadar, bahwa sebagian rezeki yang dipaksanya itu akan diberikan kepada warga miskin. Tanpa dikomando setelah penutupan peserta mengumpulkan kembali uang sebanyak Rp.666.000 dan Satker PBL Provinsi Riau menyumbang Rp.1.000.000 (terkumpul dana total Rp.2.061.000). Bantuan ini diserahkan langsung oleh Kepala Satker PBL Provinsi Riau kepada Senior Fasilitator Tim 6 Pekanbaru.
Esensi penting atas pelaksanaan pelatihan ini :
- Paksaan jika dikelola secara baik akan menjadi metode peningkatan prilaku yang baik untuk kesadaran dan kedewasaan
- Dengan pendekatan ini, kita semua dipaksa untuk tetap mengingatkan makna antara program dan warga miskin PS-2 adalah “kita”.
- Seluruh pelaku diingatkan kembali untuk mendekatkan kembali dengan warga miskin PS-2. Penyerahan bantuan yang difasilitasi tim adalah untuk mendekatkan kembali tim fasilitator dengan warga miskin. BKM/LKM yang menyerahan bantuan adalah untuk mendekatkan BKM/LKM dengan warga miskin PS-2.
- Kegiatan ini kami namakan “goceng untuk kepedulian” harus terus didorong menjadi gerakan kepedulian seluruh pelaku, agar sasaran penerima manfaat tepat.
Kami berharap dari momen-momen ini akan menjadi perbaikan terhadap disiplin, kemauan, kerja keras dan kreatif pendampingan. Kami ingin juga keberadaan pendamping punya makna lebih bagi masyarakat
Tulisan : 10 September 2014