SELAMAT DATANG DI KMW 1 RIAU SILAHKAN FOLLOW TWITTER KAMI @kmw1riau
SILAHKAN KUNJUNGI JUGA TOKO ONLINE KAMI pdua-cafe

Sabtu, 10 April 2010

MEMBANGUN KEMITRAAN STRATEGIS BKM/LKM DENGAN PROGRAM PENTASKIN KOTA PEKANBARU

Berangkat dari mulitproblem kemiskinan multi dimensi yang dinampakkannya, mengharuskan upaya penanggulangan secara komprehensif, terarah, berkelanjutan dan multistakeholder. Untuk itu, pendekatan sektoral yang terkadang menjunjung tinggi egosektoral antar-instansi di dalam menanggulangi kemiskinan sudah bukan saatnya lagi dikedepankan, sehingga pemerintah perlu melibatkan seluruh stakeholder dengan pendekatan menyeluruh lintas-sektoral.
Untuk itu Pemerintah Kota melalui visi dan misi kota yang salah satunya pengentasan kemiskinan telah megarahkan kebijakan dan strategi yang diimplementasikan dalam Program Pengentasan Kemiskinan (PENTASKIN). Dalam upaya optimalisasi dan sinergitas, maka arah pelaksanaan program pemberdayaan lokal dipadukan dengan program PNPM Mandiri Perkotaan yang telah punya piranti dari kelembagaan LKM dan perencanaan PJM Pronangkis kelurahan.
Untuk tahun Anggaran 2009 Program Pentaskin di mitrakan dengan LKM di 9 Kelurahan berdasarkan penilaian LKM berdaya dengan alokasi anggaran 3,150 miliar (350 juta/kel)
Untuk Tahun Anggaran 2010 Pemerintah Kota Pekanbaru telah mengalokasikan dana sebesar Rp. 8.500.000.000 diperuntukan :
  1. 3 Kelurahan terbaik dari 9 kelurahan yang telah menerima Pentaskin dengan alokasi dana Rp. 1.500.000.000 (Rp.500.000.000/kelurahan) dinilai oleh TKPK Kota Pekanbaru pada Bulan Mei 2010.
  2. 20 Kelurahan hasil seleksi dari 49 sisa kelurahan dari 58 kelurahan lokasi PNPM Mandiri Perkotaan yang belum mendapatkan Program Pentaskin baik Lokasi Lama 2009 dan Lokasi Baru 2009 dengan alokasi dana Rp. 7.000.000.000 (Rp. 350.000.000/kelurahan) dinilai oleh TKPK Kota Pekanbaru pada Bulan Mei 2010.

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN NANGKIS KOTA PEKANBARU

Kebijakan nagkis Pemerintah Kota pekanbaru berawal dari Peraturan Walikota Pekanbaru No.13 Tahun 2008 yang berubah menjadi Peraturan Walikota Pekanbaru No.37 Tahun 2009 yang menjadi semangat kebijakan tersebut :
  1. Merupakan penyempurnaan dari Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor 13 tahun 2008, tentang Pedoman Teknis Penanggulangan Kemiskinan Kota pekanbaru;
  2. Mensinergikan kegiatan PENTASKIN dengan PJM Pronangkis yang telah difasilitasi PNPM Mandiri Perkotaan;
  3. Menciptakan kondisi dimana peran serta masyarakat melalui relawan kemiskinan semakin menonjol;
  4. Memunculkan Program Pentaskin agar lebih menonjol dan populer dibandingkan dengan Program Penanggulangan lainnya;
  5. Mendidik masyarakat untuk dapat merencanakan , melaksanakan dan mengawasi sendiri Program Penanggulangan kemiskinan;
  6. Memberikan nilai tambah bila dibandingkan dengan kegiatan yang dilaksanakan melalui kegiatan pembangunan tanpa harus memperhitungkan keuntungan perusahaan, pajak dan sebagainya.
  7. sehingga dana yang tersedia dapat dipergunakan sepenuhnya.
Tujuan dari Peraturan Walikota adalah Untuk meningkatkan pendapatan penduduk miskin, mengurangi angka kemiskinan melalui penumbuhan wirausaha baru dan atau mengembangkan usaha bagi rumah tangga miskin.

Sedangkan muatan peraturan Walikota tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Memberdayakan Keluarga Miskin dari tak berdaya ke berdaya, dari berdaya menuju Mandiri sampai menuju Madani
  2. Mengurangi angka kemiskinan setiap tahun minimal 700 kelurga miskin melalui peningkatan keterampilan dan penumbuhan jiwa wirausaha baru atau mengembangkan usaha bagi keluarga miskin, membangun rumah layak huni dan membangun lingkungan sehat.
  3. Memberdayakan LKM/BKM, UPS, UPL dan UPK dan KSM yang telah dibentuk oleh masyarakat melalui PNPM Mandiri Perkotaan
  4. Mensinergikan PJM Pronangkis masyarakat kelurahan dengan program PENTASKIN yang dilakukan oleh pemerintah Kota Pekanbaru dengan pembiayaan dari APBD, CSR dan Swadaya masyarakat.
  5. Pensinergikan PJM Pronangkis Kota Pekanbaru dengan PJM Pronangkis masyarakat dan hasil Musrenbang.
Tahapan Intervensi kebijakan Peraturan Walikota Pekanbaru No.37 Tahun 2009 :
  1. Kondisi Masyarakat Tidak berdaya melalui Program Gerakan Cinta Keluarga Miskin (GENTAKIN) Bantuan Modal usaha Rp.300.000 dan Bantuan barang Senilai Rp.300.000;
  2. Kondisi Masyarakat Berdaya melalui PNPM Mandiri Perkotaan melalui Pemberdayaan Sosial Rp.500.000,- s/d Rp.1.000.000 dan Pemberdayaan Ekonomi Rp.500.000 s/d Rp.2.000.000
  3. Kondisi Masyarakat Mandiri melalui Program Pengentasan Kemiskinan (PENTASKIN) Kota Pekanbaru dan UEK-SP dengan Pemberdayaan Sosial Rp. 750.000,- dan Pemberdayaan Ekonomi Rp.2.000.000,- s/d Rp.5.000.000
  4. KOndisi Masyarakat Madani melalui BPR Kota Pekanbaru dan PT.Bank Riau dengan Binaan Perbankan

MEMBANGUN KONSEP & STRATEGI PENDAMPINGAN KOTA/KEBUPATEN MELALUI PELATIHAN KORKOT & ASKOT MANDIRI PROVINSI RIAU

Dukungan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan program merupakan bagian dari system dan mekanisme program, mengingat dengan dukungan pemda atas kebijakan yang pro poor akan lebih memudahkan sinkronisasi kebijakan dengan program dalam penanggulangan kemiskinan. Atas dasar itu mengingat pentingnya dukungan stakeholder tingkat kota tersebut diperlukan pendampingan tingkat kota atau istilah dalam program SIKLUS KOTA merupakan kawalan dan kendali oleh Koordinator Kota dan Askot Mandiri Kota/Kabupaten.
Mengingat pentingnya pendampingan tersebut, Pelatihan Korkot dan Askot Mandiri-1 dilaksanakan. Dalam sambutan pembukaan Team Leader KMW Provinsi Riau Bapak E.Anang Fahmi Luqmawan Putra, S.Sos.MM menyatakan “Pelatihan ini dalam rangka peningkatan kapasitas Korkot dan Askot dalam pendampingan tingkat kota/kabupaten” Senada dengan sambutan Team Leader dalam sambutan yang sama Kepala SNVT PBL Provinsi Riau menyatakan “Para Korkot & Askot Mandiri dapat memahami kebijakan-kebijakan, baik Anggaran yang Pro Poor & Pengelolaan Belanja Negara dalam pengentasan kemisknan”.
Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan tanggal 8 s/d 13 Maret 2010 diikuti oleh 5 peserta pelatihan yang terdiri : Korkot 2 (Kota Dumai, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kabupaten Bengkalis), Korkot 3 (Kota Pekanbaru dan Kabupaten Indragiri Hilir), Askot Mandiri Kabupaten Indragiri Hilir, Askot Mandiri Kabupaten Kuantan Singingi dan Askot Mandiri Kabupaten Bengkalis dengan yang di pandu oleh Ma’mun Suryana dan Imam Asfahani (National Trainer)

SPIRIT MEMBANGUN KSM EKONOMI BERGULIR

Ada 5 Hal Terkait dengan KSM Ekonomi Bergulir : Pengurus/Pengorganisasian, Administrasi, Usaha, Modal Kelompok dan Akseptasi
    Setalah terbangun KSM, maka sudah selayaknya strategi pendampingan dalam rangka tingkat keberlanjutan KSM dititik beratkan pada point-point sebagai berikut :
    1. RR
    2. Pendampingan KSM
    3. Analisis Usaha dan ekonomi lokal
    4. Manajemen lokal
    Untuk itu kita bisa menarik sebuah benang merah bahwa dalam membangun KSM (Ekonomi Bergulir) harus terbangun pula Prinsip-Prinsip sebagai berikut :
    1. Memanfaatkan yang sudah berjalan pada masyarakat
    2. Dana bergulir berorientasi tujuan dan produktivitas masyarakat
    3. Mengutamakan penggalian dalam memperkenalkan prosedur dan sistem
    4. Menyederhanakan yang rumit dalam pembelajaran masyarakat
    5. Orientasi keberlanjutan dengan penguatan ekonomi secara efektif (contoh : embrio ke KSM ke Kube ke Koperasi
    Ini hanya mencoba mengkaji dan menelaah berdasarkan konidis lapangan dan tidak bermaskud untuk membongkar prinsip-prinsip yang sangat penting terkait dengan skema kegiatan Bidang Ekonomi.

    MENGAIS AMAL LEWAT BAZAR PJM PRONANGKIS

    Dalam upaya memaksimalkan keterlibatan paratisipatif luas baik masyarakat, swasta dan pemerintah daerah dalam pengentasan kemiskinan dan sebagai wujud silaturahmi seluruh pelaku menjadi ide gagasan atas pelaksanaan kegiatan Bazar PJM Pronangkis LKM Kelurahan Bumni Ayu Kecamatan Dumai Timur Kota Dumai pada tanggal 2 Maret 2010. Kegiatan ini dilaksanakan bertempat di gedung Muhammadiyah Jl.Budi Utomo Kelurahan Bumi Ayu Kota Dumai sekaligus dibuka oleh Walikota Dumai Bapak Drs.H.Zulkifli, AS sekaligus menyerahkan secara simbolis BLM kepada 32 BKM/LKM yang tersebar di 5 kecamatan.
    Dalam sambutannya Walikota Dumai menyampaikan PNPM Mandiri Perkotaan telah memasuki tahun ke 3 di Kota Dumai, kita berharap dengan adanya program ini dapat membantu dan mendukung upaya pemerintah kota dalam menurunkan angka kemiskinan. Bapak Walikota juga sangat apresiatif dengan program ini karena mampu menciptakan kepedulian ditengah-tengah masyarakat dengan menjunjung nilai-nilai kebersamaan, kerelawanan, kegotong-royongan yang merupakan nilai-nilai luhut adat melayu yang harus terus dipupuk dan dilestarikan dan itdak menutup kemungkinan kedepan pemerintah kota siap untuk mendukung BKM/LKM untuk mandiri melalui alokasi anggaran daerah jika PNPM Mandiri Perkotaan telah berakhir.
    Kegiatan ini dihadiri pula Kepala Dinas PU, Bappeda, Camat, PJOK, BKM se-Kota Dumai.
    Kegiatan Bazar PJM ini menghasilkan sumbangan baik berupa uang maupun material unduk mendukung kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dalam PJM Pronangkis yang terkumpul sekitar 19 juta baik sumbangan masyarakat maupun sumbangan Walikota Dumai.
    (Rudi Rosyidi-Korkot 2 OC1 Riau)

    MENGAIS DUKUNGAN 4 MILLIAR LEWAT BAZAR AMAL PJM PRONANGKIS

    Kegiatan Sosailisasi dan Bazar Lelang PJM Pronangkis merupakan bagian siklus PNPM Mandiri Perkotaan yang merupakan bagian penting meletakkan dasar partisipatif, transparan, akuntable dan kolektivitas membangun semangat kebersamaan dengan mengedepankan tatanan nilai adat lokal. Dasar inilah yang menjadi sumber atas inspirasi dan semangat LKM Lancang Kuning Kelurahan Cinta Raja menyelenggarakan kegiatan ini yang terpotret melalui PJM Pronangkis Kelurahan selama 3 tahun dan membutuhkan alokasi anggaran 4 miliiar, sebagai bukti LKM merupakan kelembagaan kolektif milik masyarakat dan mestinya masyarakat harus bisa memilikinya.
    Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Walikota (Ketua TKPK), Sekretaris KBP, Satker PIP Kota Pekanbaru, Camat Kecamatan Sail, Lurah dan undangan lainnya seperti Dinas Pertanian Provinsi, Satpol PP Provinsi dll, hadir pula para pengusaha yang ada di lingkungan Kelurahan Cinta Raja.
    Dalam sambutannya Koordinator Kota 2 (Rusmani Said, SE) : “Program PNPM Mandiri Perkotaan bisa berjalan atas dukungan Pemerintah Kota dalam hal ini didukung oleh Walikota dan Wakil Walikota. Intervensi program dari tidak berdaya menjadi berdaya, berdaya menjadi mandiri akan diintervensi program baik PNPM Mandiri Perkotaan sebagai program nasional juga program daerah seperti Gentakin, Pentaskin dan CSR perusahaan swasta seperti pertamina, Chevron dll”. Senada dengan sambutan Korkot dalam sambutannya pula Wakil Walikota (Drs.H.Erizal Muluk) : “Memandang penting program ini dimana siklus belajar masyarakat sangat panjang dan tentunya hal ini sangat positif atas kematangan masyarakat dalam mengelola program. Pemerintah Kota Pekanbaru dibawah Walikota Pekanbaru Bapak Drs.H.Herman Abdullah, MM Komitmen terhadap pengentasan kemiskinan, untuk itu kebijakan yang diambil sipa memitrakan program daerah seperti Pentaskin untuk TA.2010 sudah menyiapkan dana 7 milliar untuk 20 BKM/LKM yang berprestasi dengan alokasi 1 kelurahan 350 juta, sehingga target kami selama 4 tahun kepemimpinan diharapkan ada penurunan 2,5% kemiskinan dan belum genap 4 tahun periode sudah menurunkan lebih dari 2,5% berkat intervensi program-program penanggulangan kemiskinan baik dari pusat maupun daerah”.
    Kegiatan Bazar Lelang PJM Pronangkis menghasilkan bantuan sebesar 53 juta baik berupa uang maupun 2 paket pelatihan Komputer dari Hotel Akasia sebesar 50 juta

    INDIKATOR CAPAIAN IDB (PNPM MANDIRI PERKOTAAN)



    Seiring dengan bergantinya sumber pendanaan BLM PHLN PNPM Mandiri Perkotaan, maka indikator keberhasilan program pun bergeser dari World Bank ke IDB. Berikut panduan indikator keberhasilan program :
    1. Sepertiga sasaran kelurahan dalam satu provinsi (KMW) keluar dari keterbelakangan, itu artinya dari 124 kelurahan di Provinsi Riau Minimal 41 kel/desa harus mandiri.
    2. Semua kel/desa minimal 20% kegiatan Infrastruktur yang penting bisa mengatasi permasalahan lingkungan (prioritas), seperti : Sanitiasi, Rumah Layak Huni dll). Kegiatan Infrastruktur berorientasi economic group artinya berorientasi terhadap kontribusi pertumbuhan ekonomi masyarakat, seperti : pasar rakyat dll
    3. Minimal 25% setiap kel/desa sudah melakukan kegiatan peningkatan ekonomi yang terukur terhadap kesejahteraan masyarakat (ketahanan pangan) terorientasi konsep MDG's seperti penurunan tingka gizi buruk dan kesehatan masyarakat
    Kedepan tugas kita selaku pendamping, semakin berat dengan adanya targetan minimal 75% KSM yang sudah terbentuk harus terdampingi oleh pendamping (Tim Fasilitator), itu artinya setiap faskel harus menjadi prioritas dampingan selain BKM. Oleh karena itu kemampuan BKM harus mulai mandiri dan memang harus kita siapkan mandiri untuk itu.
    Beberapa kajian kita kedepan, ada beberapa hal yang menjadi pekerjaan rumah kita yang menajdi prioritas capaian dari indikator IDB :
    1. BKM menjadi NETWORKING INSTITUTION (menjadi maker dari jejaring)
    2. Mendorong KSM berjejaring dengan KSM-KSM yg lain atau dengan pihak luar, itu artinya memang sebelumnya kita harus mempersiapkan BKM untuk berjejaring dan akan memudahkan BKM menajdi fasilitasi jejaring KSM dengan KSM atau dengan pihak luar.
    3. Kualitas BKM harus dipersiapkan dengan kondisi yang diharapkan dari Indicator IDB
    4. Kegiatan Infrastruktur berorientasi Economic group dan bukan Lips Service ataupun bagi-bagi rata kegiatan. Begitupun dengan kegiatan Manajemen Keuangan pinjaman bergulir diprioritaskan untuk tidak pembagian rata tetapi sesuai dengan kebutuhan penerima manfaat dan membangun jejaring dengan pihak luar.
    Mudah2n kita kedepan bisa membangun kerjasama dan tentunya harapan kita, capaian indikator menjadi solutif terhadap kinerja berefek semangat profesionalitas....

    TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI RIAU

    Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2009 adalah 527,49 ribu atau
    9,48 persen.
    Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Riau bulan Maret 2009sebesar 527,49 ribu (9,48 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2008 yangberjumlah 566,67 ribu (10,63 persen), berarti jumlah penduduk miskin di Riau menurun sebanyak 39,18ribu.
    Selama periode Maret 2008-Maret 2009, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 19,72 ribu,sementara di daerah perkotaan berkurang 19,46 ribu.
    Jumlah dan persentase penduduk miskin di Riau memperlihatkan kecenderungan menurun pada periode2002-2009. Jumlah penduduk miskin menurun dari 635 ribu pada tahun 2002 menjadi 527,49 ribu padabulan Maret 2009. Secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 15,39 persenpada tahun 2002 menjadi 9,48 persen pada bulan Maret 2009.
    Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah. Pada bulanMaret 2009, penduduk miskin di Riau sebagian besar berada di daerah perdesaan sebesar 57,23 persen,sedang di perkotaan sebesar 42,77 persen. Selama periode Maret 2008-Maret 2009,
    Garis Kemiskinan (GK) naik sebesar 7,46 persen, yaitu dari Rp229.371,- perkapita perbulan pada Maret 2008 menjadi Rp 246.481,- perkapita perbulan pada Maret2009. Peran komoditas makanan terhadap GK jauh lebih besar dibandingkan peranan komiditas bukanmakanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan Maret 2008, sumbangan GarisKemiskinan Makanan (GKM) terhadap GK sebesar 72,9 persen, tetapi pada bulan Maret 2009peranannya menurun menjadi 72,72 persen, GKM Riau tahun 2009 adalah sebesar Rp 179.244,- danGaris Kemiskinan Non Makanan (GKNM) sebesar Rp 67.236,-.
    Pada periode Maret 2008-Maret 2009, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks KeparahanKemiskinan (P2) menunjukkan penurunan menurun. Pada bulan Maret 2008, P1 Riau sebesar 1,63 danmenurun menjadi 1,25 pada Maret 2009, sedang P2 nya pada Maret 2008 sebesar 0,40 menurun menjadi0,25 pada Maret 2009. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderungmakin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakinmenyempit.

    Lalu bagaimana dengan 2010???mdh2n PNPM Mandiri menjadi bagian dari solusi penurunan tersebut.... kmw 1 Riau

    HIKAYAT "LANCANG KUNING"

    Alkisah tersebutlah sebuah cerita,
    di daerah Kampar pada zaman dahulu
    hiduplah si Lancang dengan ibunya. Mereka hidup dengan sangat
    miskin. Mereka berdua
    bekerja sebagai buruh tani.
    Untuk memperbaiki hidupnya, maka Si Lancang berniat merantau. Pada suatu hari ia meminta ijin pada ibu dan guru ngajinya. Ibunya pun berpesan agar di rantau orang kelak Si Lancang selalu ingat pada ibu dan kampung halamannya. Ibunya berpesan agar Si Lancang jangan menjadi anak yang durhaka.
    Si Lancang pun berjanji pada ibunya tersebut. Ibunya menjadi terharu saat Si Lancang menyembah lututnya untuk minta berkah. Ibunya membekalinya sebungkus lumping dodak, kue kegemaran Si Lancang.
    Setelah bertahun-tahun merantau, ternyata Si Lancang sangat beruntung. Ia menjadi saudagar yang kaya raya. Ia memiliki berpuluh-puluh buah kapal dagang. Dikhabarkan ia pun mempunyai tujuh orang istri. Mereka semua berasal dari keluarga saudagar yang kaya. Sedangkan ibunya, masih tinggal di Kampar dalam keadaan yang sangat miskin.
    Pada suatu hari, Si Lancang berlayar ke Andalas. Dalam pelayaran itu ia membawa ke tujuh isterinya. Bersama mereka dibawa pula perbekalan mewah dan alat-alat hiburan berupa musik. Ketika merapat di Kampar, alat-alat musik itu dibunyikan riuh rendah. Sementara itu kain sutra dan aneka hiasan emas dan perak digelar. Semuanya itu disiapkan untuk menambah kesan kemewahan dan kekayaan Si Lancang.
    Berita kedatangan Si Lancang didengar oleh ibunya. Dengan perasaan terharu, ia bergegas untuk menyambut kedatangan anak satu-satunya tersebut. Karena miskinnya, ia hanya mengenakan kain selendang tua, sarung usang dan kebaya penuh tambalan. Dengan memberanikan diri dia naik ke geladak kapal mewahnya Si Lancang. Begitu menyatakan bahwa dirinya adalah ibunya Si Lancang, tidak ada seorang kelasi pun yang mempercayainya. Dengan kasarnya ia mengusir ibu tua tersebut. Tetapi perempuan itu tidak mau beranjak. Ia ngotot mintauntuk dipertemukan dengan anaknya Si Lancang. Situasi itu menimbulkan keributan. Mendengar kegaduhan di atas geladak, Si Lancang dengan diiringi oleh ketujuh istrinya mendatangi tempat itu. Betapa terkejutnya ia ketika menyaksikan bahwa perempuan compang camping yang diusir itu adalah ibunya. Ibu si Lancang pun berkata, "Engkau Lancang ... anakku! Oh ... betapa rindunya hati emak padamu. Mendengar sapaan itu, dengan congkaknya Lancang menepis. Anak durhaka inipun berteriak, "mana mungkin aku mempunyai ibu perempuan miskin seperti kamu. Kelasi! usir perempuan gila ini."
    Ibu yang malang ini akhirnya pulang dengan perasaan hancur. Sesampainya di rumah, lalu ia mengambil pusaka miliknya. Pusaka itu berupa lesung penumbuk padi dan sebuah nyiru. Sambil berdoa, lesung itu diputar-putarnya dan dikibas-kibaskannya nyiru pusakanya. Ia pun berkata, "ya Tuhanku ... hukumlah si Anak durhaka itu." Dalam sekejap, turunlah badai topan. Badai tersebut berhembus sangat dahsyatnya sehingga dalam sekejap menghancurkan kapal-kapal dagang milik Si Lancang. Bukan hanya kapal itu hancur berkeping-keping, harta benda miliknya juga terbang ke mana-mana.
    Kain sutranya melayang-layang dan jatuh menjadi negeri Lipat Kain yang terletak di Kampar Kiri. Gongnya terlempar ke Kampar Kanan dan menjadi Sungai Oguong. Tembikarnya melayang menjadi Pasubilah. Sedangkan tiang bendera kapal Si Lancang terlempar hingga sampai di sebuah danau yang diberi nama Danau Si Lancang.
    (Disadur dari B. M. Syamsuddin, "Banjir Air Mata Si Lancang," Cerita Rakyat Dari Riau 2 Sumber : http://eri-communicator.blogspot.com

    PERSPEKTIF SONGKET MELAYU DITENGAH KEMAJUAN DESIGNER MODERN

    Sebuah karya seni yang indah, selayaknyalah kita menjaga dan melestarikannya. Sebagai generasi muda Pekanbaru Riau kita harus melakukan hal itu. Janganlah terlena dengan tren zaman dengan memakai baku yang tak cukup bahannya alias berdiri nampak pusat dan ketika duduk nampak belahan dadanya. Kali ini saya menyegarkan ingatan kita terhadap Songket Melayu Pekanbaru Riau, dengan cara menghadirkan kembali artikel tentang Songket Melayu yang pernah di publis di blog Attayaya
    Tenunan yang lazim di sebut songket itu dalam sejarah yang panjang telah melahirkan beragam jenis motif, yang mengandung makna dan falsafah tertentu. Motif-motif yang lazimnya di angkat dari tumbuh-tumbuhan atau hewan (sebagian kecil) di kekalkan menjadi variasi-variasi yang serat dengan simbol-simbol yang mencerminkan nilai-nilai asas kepercayaan dan budaya melayu.
    Selanjutnya, ada pula sebagian adat istiadat tempatan mengatur penempatan dan pemakaian motif-motif di maksud, serta siapa saja berhak memakainya. Nilainya mengacu kepada sifat-sifat asal dari setiap benda atau makhluk yang dijadikan motif yang di padukan dengan nilai-nilai luhur agama islam. Dengan mengacu nilai-nilai luhur yang terkandung di setiap motif itulah adat resam tempatan mengatur pemakaian dan penempatannya, dan menjadi kebanggaan sehingga diwariskan secara turun temurun .
    Orang tua-tua menjelaskan bahwa kearifan orang melayu menyimak islam sekitarnya memberikan mereka peluang besar dalam memilih atau menciptakan motif. Hewan yang terkecil seperti semut, yang selalu bekerja sama mampu membuat sarang yang besar, mampu mengangkat barang-barang yang jauh lebih besar dari badannya, dan bila bertemu selalu berangkulan, memberi ilham terhadap pencintaan motif untuk mengabadikan perihal semut itu dalam motif tersebut sehingga lahirlah motif yang dinamakan motif semut beriring.
    Begitu pula halnya denagn itik yang selalu berjalan beriringan dengan rukunnya melahirkan motif itik pulang petang atau itik sekawan. Hewan yang selalu memakan yang manis dan bersih (sari bunga), kemudian menyumbangkannya dengan mahkluk lain dan bentuk madu dan selalu hidup berkawan-kawan dengan damainya melahirkan pula motif lebah bergantung atau lebah bergayut.
    Bunga-bungaan yang indah, wangi dan segar melahirkan motif-motif bunga yang mengandung nilai dan filsafah keluhuran dan kehalusan budi, keakraban dan kedamaian seperti corak bunga setaman, bunga berseluk daun dan lain-lain. Burung balam, yang selalu hidup rukun dengan pasangannya, melahirkan motif balam dua setengger sebagai cermin dari kerukunan hidup suami istri dan persahabatan. Ular naga, yang di mitoskan menjadi hewan perkasa penguasa samudra, melahirkan motif naga berjuang serindit mencerminkan sifat kearifan dan kebijakan. Motif puncak rebung dikaitkan dengan kesuburan dan kesabaran. Motif awan larat dikaitkan dengan kelemah-lembutan budi, kekreatifan, dan sebagainya.
    Dahulu setiap pengrajin diharuskan untuk memahami makna dan falsafah yang terkandung di dalam setiap motif. Keharusan itu dimaksudkan agar mereka pribadi mampu menyerat dan menghayati nilai-nilai yang dimaksud, mampu menyebarluaskan, dan mampu pula menempatkan motif itu sesuai menurut alur dan patutnya. Karena budaya melayu sangat ber-sebati dengan ajaran islam, inti sari ajaran itu terpateri pula dengan corak seperti bentuk segi empat dikaitkan dengan sahabat Nabi Muhammad SAW yang berempat, bentuk segi lima dikaitkan dengan rukun islam, bentuk segi enam dikaitkan dengan rukun iman, bentuk wajik dikaitkan dengan sifat Allah yang maha pemurah, bentuk bulat dikaitkan dengan sifat Allah yang maha mengetahui dan penguasa alam semesta, dan sekitarnya. Menurut orang tua melayu Riau, makna dan falsafah di dalam setiap motif, selain dapat meningkatkan minat-minat orang untuk menggunakan motif tersebut, juga dapat menyebar-luaskan nilai-nilai ajaran agama Islam yang mereka anut, itu lah sebabnya dahulu pengrajin diajarkan membuat atau meniru corak.
    Orang-orang melayu amatlah menggemari pantun. Orang tua-tua mengatakan bahwa dengan berpantun orang lebih cepat menyimak dan mengingatkan sehingga lebih mudah mewariskannya.
    Ungkapan adat mengatakan : ”di dalam pantun banyak penuntun”. selanjutnya di katakannya :
    ”Bertuah orang berkain songket, Coraknya banyak bukan kepalang, Petuahnya banyak bukan sedikit, Hidup mati di pegang orang”
    ”Kain songket tenun melayu, Mengandung makna serta ibarat, Hidup rukun berbilang suku, Seberang kerja boleh di buat”
    ”Bila memakai songket bergelas, Di dalamnya ada tunjuk dan ajar, Bila berteman tulus dan ikhlas dan Kemana pergi tak akan terlantar”
    Khasanah songket melayu amatlah kaya dengan motif dan serat dengan makna dan falsafahnya, yang dahulu dimanfaatkan untuk mewariskan nilai-nilai asas adat dan budaya tempatan. Seorang pemakai songket tidak hanya sekedar memakai untuk hiasan tetapi juga untuk memakai dengan simbol-simbol dan memudahkannya untuk mencerna dan menghayati falsafah yang terkandung di dalamnya. Kearifan itulah yang menyebabkan songket terus hidup dan berkembang, serta memberikan manfaat yang besar dalam kehidupan mereka sehari-hari

    PERSPEKTIF RUMAH ADAT MELAYU DITENGAH-TENGAH KEMAJUAN DESIGN MODERN

    Identik dengan Melayu. Karena Riau juga banyak ragam corak budaya, masing-masing daerah di Riau memiliki ciri khas tersendiri pada Traditional House kabupaten di Riau. Seperti di Kuantan Singingi, namanya Gajah Menyusu, di Kabupaten Kampar (Bangkinang) nama rumah adatnya Lancang / Pencalang / ataupun Rumah Lontiok begitu juga rumah adat Pekanbaru, Rumah adat Pelalawan dan Rumah Adat Melayu Riau lainnya. Jadi Rumah Adat (Traditional House) Daerah Riau itu cukup beragam, maka Rumah adat Riau bisa dikatan rumah adat Melayu Riau. Ditambah pula Riau terdapat banyak sungai maka setiap sungai itu beda pula beradaban serta adatnya walaupun banyak terdapat persamaan.
    Secara umum ada 5 jenis rumah adat Melayu Riau :
    1. Balai Salaso Jatuh,
    2. Rumah Adat Salaso Jatuh Kembar,
    3. Rumah Melayu Atap Limas,
    4. Rumah Melayu Lipat Kajang dan
    5. Rumah Melayu Atap Lontik.
    Bentuk rumah tradisional daerah Riau pada umumnya adalah rumah panggung yang berdiri diatas tiang dengan bangunan persegi panjang. Dari beberapa bentuk rumah, semuanya hampir serupa, baik tangga, pintu, dinding, susunan ruangannya identik.
    Rumah lontik yang dapat juga disebut rumah lancang karena rumah ini bentuk atapnya melengkung keatas, agak runcing seperti tanduk kerbau. Sedangkan dindingnya miring keluar dengan hiasan kaki dinding mirip perahu atau lancang. Hal itu melambangkan penghormatan kepada Tuhan dan-sesama. Rumah adat lontik diperkirakan dapat pengaruh dari kebudayaan Minangkabau karena kabanyakan terdapat di daerah yang berbatasan dengan Sumatera Barat. Tangga rumah biasanya ganjil.
    Balai salaso jatuh adalah bangunan seperti rumah adat tapi fungsinya bukan untuk tempat tinggal melainkan untuk musyawarah atau rapat secara adat. Sesuai dengan fungsinya bangunan ini mempunyai macam-macam nama antara lain :
    Balairung Sari, Balai Penobatan, Balai Kerapatan dan lain-lain. Bangunan tersebut kini tidak ada lagi, didesa-desa tempat musyawarah dilakukan di rumah Penghulu, sedangkan yang menyangklut keagamaan dilakukan di masjid. Balai Salaso Jatuh mempunyai selasar keliling yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah, karena itu dikatakan Salaso Jatuh. Semua bangunan baik rumah adat maupun balai adat diberi hiasan terutama berupa ukiran.

    TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) PROVINSI RIAU

    Salam Hangat dari TKPK Provinsi Riau 
    Bahagia dapat menjadi bagian kecil dari suatu tim kecil yang konsen untuk memperjuangkan nasib masyarakat miskin. Bahagia karena apa yang diperjuangkan mendapat apresiasi yang baik dari berbagai pihak. Bahagia, Dunia Usaha yang difasilitasi tergabung dalam Corporate Forum for Community Development (CFCD) Chapter Riau dan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) telah memberikan dukungan yang semakin serius. Pemerintah Pusat melalui Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Pusat menilai TKPK Provinsi Riau merupakan salah satu TKPK yang aktif menjalankan fungsinya. Beberapa TKPK Provinsi tetangga dan bahkan dari pulau seberang berkunjung untuk bertukar fikiran agar TKPK mereka dapat seperti Riau.
    (TKPK-Provinsi Riau)http://www.tkpk-riau.org

    PROFIL PROVINSI RIAU

    Provinsi Riau dikenal sebagai salah satu provinsi paling kaya akan sumber daya alam di Indonesia. Namun, ditilik dari sumber mata pencaharian hidup penduduknya terdapat tiga strata, yang menunjukkan perbedaan tingkat kesejahteraan, yaitu strata ekonomi modern (industri minyak, kehutanan, dan perkebunan), strata ekonomi desa (komoditas tradisional karet dan perikanan), dan strata ekonomi masyarakat terasing (suku Sakai, Talang Mamak, Akit, Bonai, suku Laut, dan lain-lain). Pada masa sebelum implementasi kebijakan otonomi daerah, seorang ahli ekonomi menggambarkan Riau sebagai wilayah dimana masyarakatnya sedang berada dalam keadaan “turbulensi”, yaitu berlangsungnya berbagai macam perubahan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari mencakup modernisasi, komersialisasi, dan “globalisasi” (Mubyarto, 1992).
    Kini, pada era otonomi daerah Riau tetap dinilai sebagai salah satu provinsi kaya di Indonesia. Akan tetapi, kekayaan sumber daya alam di satu sisi, dan kekuasaan yang besar yang digenggam oleh para “penguasa daerah” di sisi lain, dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi kalangan elit dan masyarakat Riau untuk mewujudkan kesejahteraan hidup rakyat yang semakin meningkat dan merata. Paling tidak ada tiga tantangan besar yang dihadapi oleh pemerintah provinsi Riau untuk mewujudkan visi pembangunan daerahnya, yaitu : tingginya angka kemiskinan, rendahnya kualitas SDM, dan keterbatasan infrastruktur.
    Berdasarkan hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau tahun 2004, jumlah penduduk miskin di Riau adalah 1.008.144 jiwa (22,19 persen), tersebar di 9 kabupaten dan 2 kota, dengan proporsi paling rendah di Kota Pekanbaru (10,91 persen, sama dengan 76.841 jiwa), sedangkan tertinggi di Kabupaten Indragiri Hilir (31, 95 persen, sama dengan 199.497 jiwa). Dari segi kualitas sumber daya manusia, di Riau pada tahun 2005 masih terdapat penduduk buta aksara (usia 10-45 tahun) sejumlah 150.364 jiwa. Dari sisi pembangunan infrastruktur, problem yang dihadapi pemerintah provinsi Riau antara lain ialah belum mampu membuka keterisolasian wilayah, terutama wilayah kantong-kantong kemiskinan serta yang memiliki potensi sumber daya alam yang belum diolah. Selain itu, tingkat kerusakan jalan tergolong tinggi akibat beban lalu lintas yang berlebihan (overloading).